Dulu suka baca, sekarang masih. Dulu suka nonton film, sekarang masih. Dulu punya pacar, sekarang enggak :(( Semoga review filmya gak kayak review jurnal science. Mudah-mudahan suka.
Sunday, 27 April 2014
The Raid 2 (Berandal)
Bak Buk Bak Buk Bak Buk Bak Bak Buk!
(Iko Uwais)
Tidak banyak percakapan disini, tidak ada quote yang keren. Ini adalah aksi! sebuah manifestasi dari tidak adanya pilihan dan kuatnya sistem senioritas di Indonesia dan Asia pada umumnya. Deal with it! orang asia terkenal dengan kemisteriusnya.
Alur cerita dimulai dengan Rama (Iko Uwais) bertemu dengan unit khusus secara rahasia yang mengharuskan dirinya jadi agen rahasia (penyamaran) agar keluarganya bisa selamat. Rama menolak, tentu saja! buat apa berantem2an lagi! kan dia belum ketauan. Harusnya kan dia aman, tinggal cari desa terpencil di papua sana bawa keluarganya, lalu memulai kehidupan baru dengan bahagia (asal desanya bukan area konflik). Namun kemudian kematian kakaknya menyebabkan Rama mau masuk misi rahasia unit Khusus untuk membongkar mafia/ jaringan hitam yang korup di jakarta. ---seriously? Rama, we need to talk.---
Menurut aku sih ini kurang masuk akal saja. Kakaknya Rama kan sudah lama sekali merantau dan dia telah berpisah dengan Rama semenjak dia si kakaknya ini merantau. Mereka bertemu kembali (setelah sekian lama) di rusun tempat para pengedar narkoba (masih ingat kan The Raid Redemption?). Rama itu polisi, sedangkan kakanya tangan kanan pengedar narkoba. Harusnya prinsip hidupnya beda dong. Minimal Rama tidak langsung mau begitu saja masuk lubang buaya saat kakaknya terbunuh! Tapi apa daya, mungkin karakter rama adalah karakter polos yang belum bisa membuat skala prioritas dalam kehidupannya. Dari sekian banyak pilihan yang ada, bahkan bukan dalam keadaan terdesak, Rama dengan sukarela mau menjadi agen rahasia. --- i can't believe you rama! something wrong with your head?---
Selanjutnya alur ceritanya linear, dipenuhui dengan baku hantam antar lelaki yang penuh dengan hormon testosteron. Banyak baku hantam yang terjadi selama 150 menit. namun ada tiga baku hantam saja yang menarik buat aku.
1. Baku hantam Rama dengan sesama napi penjara di WC! ini keren banget! entah dengan alasan apa, ini para lelaki kelebihan testosteron menyerang rama tanpa rencana. Gak tau apa dia jago silat? Aku teringat pada film 300 dimana pasukan persia ditahan Leonidas cs di sebuah lereng sempit. Rama pun menghajar para napi ini satu persatu dengan cara membuka dan menutup pintu wc! ---dasar tukang pamer!---
2. Baku hantam Prakoso (Yayan Ruhiyan/Mad Dog) dengan tukang pukulnya bejo di sebuah diskotik di Indonesia saat musim salju!! This Is AWESOME! Memang selalu bikin greget bang yayan ini. Disini Yayan memberikan aksen jagoan galau karena enggak boleh ketemu sama anaknya gara-gara enggak di ijinkan sama istrinya. (nah loh, jadi yang lebih galak siapa?) ceritanya prakoso ini karakter gahar diluar tapi sangat lembut di dalam. dia sangat mencintai anak dan istrinya, sampai-sampai sebelum berantem bertaruh nyawa dia melihat foto anaknya yang tersimpan dalam liontin! What a ROMANCE!---terharu aku kang yayan---
Belum lagi tampilan yayan ruhiyan yang mirip ki joko bodo, sangat mengesankan. Tapi prakoso harus mati di tangan tangan kanan spesialis tukang pukul jagoannya bejo. Dia adalah karakter baru! selamat datang buat kang Cecep Arif Rahman (si pembunuh).
3. Baku hantam Rama dengan si pembunuh. Tampat berantemnya di dapur seebuah restoran elit markasnya bejo. Ini keren parah, soalnya sebelum bertarung mereka melakukan semacam greeting dengan cara kuda-kuda gaya SILAT! terharu. Tak banyak yang bisa saya mengerti dari baku hantam itu, seperti biasa Rama menang dengan cara yang dramatis.
Singkatnya, kekuatan film ini berada pada aksinya yang dinamis, perspektif bahaya yang dirasakan penonton, (ada palu, tongkat baseball, pisau cutter), ditambah dengan adengan kejar-kejaran mobil. Ini film udah mirip-mirip hollywood! beneran dah. bahkan semua penjahatnya memakai suit! berdasi dan berjas hitam-hitam dengan gaya rambut klimis, berkilau memakai minyak rambut. Hal ini dapat memberikan perspektif yang baik bagi lelaki di Indonesia agar berdandan rapi.
Namun kekurangannya film ini mempunyai intensitas yang tinggi, flow film sangat monoton tinggi. tidak ada dinamika bagi aku untuk hanya sekedar menikmati suasana. Terus cita rasa mafia Indonesia yang sangat kelam. sungguh, semuanya sangat suram, Tidak adanya sebuah persepektif berimbang kehidupan mafia Indonesia. Jadi Intinya dalam film ini tidak ada "putih" bahkan "Abu-abu"-pun tidak ada! yang ada hanya hitam, kelam! semua karakternya jahat! karaketer yang jahat pun tidak ada sisi baiknya. Untuk referensi lihat saja film sekuel godfather, diceritakan bahwa bos mafia saja sangat mencintai keluarganya, apapun yang terjadi. ada sisi sweet yang kemudian bisa menjadikan alasan untuk membenarkan semua tindakan mafia Italia tersebut, Sehingga cerita menjadi abu-abu.
Tapi untuk film Indonesia genre action, ini adalah film terbaik yang pernah ada (untuk saat ini)
Rekomendid banget buat yang suka aksi, atau mempunyai secuil jiwa 'sikopat dalam dirinya. Namun tidak dianjurkan bagi para pasangan yang baru tahap pdkt. haha, karena sama sekali tidak romantis.
Labels:
Crime,
Iko Uwais,
Martial Arts,
Mob,
Silat,
Yayan Ruhiyan
Pulp Fiction (John travolta, Samuel L. Jackson, Bruce Willis, dan Quentin Tarantino)
Motherfucker!
(Samuel L. Jackson)
What an epic movie! film holywood ini banyak mendapat penghargaan baik filmnya, ceritanya, maupun pemerannya.. untuk keterangan lebih jelas bisa cek IMDB.
Film tersebut didapatkan dengan cara yang tidak dapat disebutkan, karena ilegal tentunya. Haha, Aku Cinta Indonesia!! Film ini sudah markir di harddisk cukup lama karena jujur, judulnya enggak menarik sama sekali. Apa itu pulp fiction, mungkin di US sana ada istilahnya atau refer ke sebuah makna. Pulp itu kan bubur kayu, fiction itu cerita yang tidak nyata. Terus kalo digabungkan apa maknanya? bubur kayu cerita tidak nyata? oh no, hell no! coba cek di google, (beberapa saat kemudian) oh, pulp fiction itu nama sebuah majalah di taun 1920-1950 di US sono. Majalahnya ngebahas kisah krimanal gitu, mirip majalah hidayah yang dulu sempet hits banget di Indonesia. Ingat "orang kikir ditolak kubur" "orang songbong kuburannya sempit" pasti ingat kan? setiap malam kita dihantui cerita-cerita yang memaksa kita untuk beribadah karena takut. Namun karena penasaran, aku coba tonton juga filmnya, pengen ngerti kenapa film ini dibilang bagus.
Back to the topic. Cerita kriminal yang dibumbui dengan kekejaman dan candaan serius. Alur ceritanya tidak linier tapi diacak, namun semua cerita kriminal itu disusun sehingga menarik untuk disimak dan akan menciptakan kesan "OOH GITU" "Pantesaaaan" di akhir film. Hal yang aku sukai dari pulp fiction adalah ceritanya yang sederhana, namun out of the box. Alur ceritanya sama sekali tidak bisa ditebak. jadi cocok untuk dinikmati setiap adegannya.
Keseluruhan cerita dapat diwakili oleh 3 Point Of View (POV)
POV Vincent Vega (John Travolta),
POV Vincent Vega (John Travolta) dan Julles Winnfield. Julles (Samuel L Jackson)
POV Pumpkin (Tim Roth) dan Honey Bunny (Amanda Plummer)
POV Butch (Bruce Willis)
POV Butch (Bruce Willis)
Vincent dan Julles adalah hitman dari sebuah gangster/mob. Butch itu petinju, Pumkin dan Honey Bunny itu komplotan perampok. Kombinasi dari karakter itu dan cerita yang epik menggabungkan mereka semua menjadi cerita yang kuat.
Adegan paling aku suka adalah ketika jules membaca salah satu ayat injil (bible). Sama sekali aku nggak ngerti apa maknanya, tapi kesan yang aku dapet itu tegang, takut, tapi pengen ketawa soalnya kocak dengan cara Samuel L. Jackson ngebawainnya.
Dan yang tidak kalah keren adalah John Travolta saat dance. Funny!
Kalo akting mah udah jangan ditanya, itu aktor terbaik terkeren dan sering tampil di stasiun televisi Indonesia. Jadi tunggu apa lagi, bagi yang menyukai film bergenre tidak lebay, sederhana tapi out of the box.
Film PULP FICTION rekomendid banget.
Subscribe to:
Posts (Atom)